Kamis, 11 September 2014

Kata-Kata Cinta


Menjadilah dirimu sendiri, sebagaimana pesona yang menjadi milikmu. Jangan sandarkan harap pada rasa, sebab tak diutus takdirnya untuk menjadi milikmu. Berdamailah dengan dirimu karena terkadang kupu-kupu hinggap pada yang diam;

Jangan pernah lusuhkan nasibmu untuk sesuatu  yang pamit dan jangan mengharap terlalu banyak untuk sesuatu yang datangnya tiba tiba, karena bisa saja ia akan pergi juga dengan tiba tiba;

Senandung malam berkata; sebuah kenangan tak diharuskan untuk dipertahankan;

Jangan menjadikan orang yang dicintai selalu seperti yang teringinkan, agar tidak mencintai pantulan diri sendiri. Biarkan seperti dirinya sendiri dan semoga kita mampu melihatnya sempurna dalam ketidaksempurnaaanya;

Jika semua daun harus memilih menjadi bunga, mungkin tak akan ada lagi tangkai yang patah. Begitu pun hati yang meminta terlalu banyak, akan rapuh dalam kenangan dan memilih diam pun hanya baik, jika kebenaran yang memintanya. Maka ijinkan hatimu bersuara sekali saja, jika itu cinta;

Rasa suka itu, bukan hanya sekedar bagaimana mata melihat, tapi bagaimana mempercayai ketika tak melihatnya. Sebab rasa suka akan menjelma atas izin takdirnya dan doamulah sebagai lenteranya, agar tiada sesal menyertaimu ketika engkau menjemput senja di kala pagi;

Karena nasib telah berani mengambil masa lalumu, maka jangan takut mencuri takdir untuk masa depanmu;

Air hujan yang turun membasahi bumi tak pernah mencaci awan, apalagi marah pada langit. Ia rela jatuh ke tanah, menyatu dan menjadi air yang kotor, hanya karena ikhlas dan yakin, bahwa ia mampu menyuburkan bumi yang tandus. Andai besok langit kembali cerah, maka biarkan diri ini berbuat yang lebih baik untuk orang lain;

Saya sudah mencium sinar bulan dalam gelap malam. Menari dengan indah kepak sayap beribu burung. Aku pernah melihat keindahan sabana yang luas. Merasa damai dan menulis cerita itu sendiri. Aku sudah melihat dunia dari tingginya gunung. Terasa cinta dari air mata paling murni. Aku pernah melihat lembah penuh bunga. Melihat ratusan kupu-kupu menari indah. Aku sudah berlayar dalam mimpi yang sempurna. Aku pernah melihat matahari bercumbu dengan laut. Aku sudah mencium hangatnya mentari dalam peraduan. Aku bahkan pernah merasakan sentuhan keajaiban. Tapi kali ini aku ingin menyentuh tangan itu. Dengan keikhlasan yang melingkar di jari. Merasakan kedamaian dan menulis cerita itu bersamanya. Saling berpegangan dalam indahnya kesungguhan;

Jika selama saling mengenal, ada salah dan khilaf dalam perkataan, mohon dimaafkan. Jika ada janji yang lupa ditunaikan, mohon diingatkan. Jika ada hak yang terabaikan, mohon diikhlaskan. Meski terdapat perbedaan, tak perlu lagi dipersoalkan. Meski tangan tiada berjabat, muka ditatap pun tiada dapat. Sebab ramadhan telah ditetapkan, mari membuka hati untuk saling memaafkan, agar ramadhan kita semua tambah berkah. Kukirim untaian kata, menggantikan tangkupan tangan di dada, sekiranya menjadikan lapang hati terasa. Semoga di ujung jalan adalah hari kemenangan untuk semua. Marhaban Ya Ramadhan, Mohon Maaf Lahir & Bathin;

Mungkin, aku bukan orang yang akan selalu kau hubungi pertama kali. Namun, aku akan selalu berusaha untuk selalu ada di sana, saat kau tak tahu lagi hendak ke mana;

Jika yang dicinta tak kunjung datang, maka terimalah sebaik-baik pilihan yang Tuhan berikan;

Adakalanya seseorang yang mencintaimu tak pernah menyatakan cintanya karena belum masanya kau tahu;

Karena rinduku ini ibarat senja di ufuk timur, indah tapi tak bisa disentuh;

Jika mencintaimu adalah kesalahan, maka biarlah kunikmati kesalahanku ini sebelum engkau membenarkannya;

Sebab beberapa kesedihan harus kita simpan sendiri. Bukan tak mau berbagi, namun kadang itulah cara satu-satunya agar kita kuat;

Terkadang kita cuma ditakdirkan untuk bertemu, lalu jatuh cinta, saling sayang dan bukan untuk bersama;

Dari mana datangnya cinta? bukan dari mata turun ke hati. Tapi, dari hati dan menetap di sana sampai mati;

Sepertinya air mata lebih mengerti kata, menerjemahkan luka tanpa kata-kata;

Berbicara tentang perasaan adalah sesuatu yang amat dalam, ejaknya tiada mampu teramanatkan kecuali ketika tiba masanya;

Menolak kadang bukan berarti tak mau. Kamu ingin, tapi tahu; kebahagiaan yang satu itu belum tentu benar dan baik;

Tak terlihat namun amat sangat terasa, tak berbekas namun dapat menguras air mata dan itulah patah hati;

Merindukanmu itu mudah, semudah menghirup udara untuk bernapas. Jatuh cinta padamu itu singkat, sesingkat mengedipkan mata.  Sayangnya, aku butuh bernapas dan mengedipkan mata setiap waktu. Aku benci itu! Karena sesering itulah aku jatuh cinta dan merindukanmu;

Ya Rabb, sampai kapan pun, waktuku tak cukup umur membalas jasa bunda;

Ketika kenyataan tak sejalan dengan perasaan dan terus saja mengingat seseorang yang telah melupakan kita, terasa seperti bom bunuh diri yang sewaktu-waktu bisa meledak kapan saja;

Kalau esok pagi kau tak menemukanku, itu berarti kau tak harus keliru. Sebab usia do'a kita, setua aku menunggumu;

Seperti halnya pertemuan, perpisahan itu hanya sebuah jarak. Dan jarak adalah apa yang telah dan akan kita lalui kedepan. Kehidupan bisa membuat kita jatuh berkali-kali, tapi kita masih bisa memilih jalan mana yang bisa kita lalui untuk bangkit dan melakukan hal benar;

Jika waktu telah berkata iya, maka takdir takkan mengelak lagi sampai bahasa hati takkan mampu menyampaikan maksudnya, karena satu keindahan bisa jadi telah mengetuk pintu bahagiamu;

Tuhan, tundukkan pandanganku pada mereka yang berusaha mendekatiku sebelum engkau tunjukkan siapa jodoh untukku agar aku tetap istiqamah di jalan-Mu dan berharap cinta yang tulus untuk dunia akhiratku;

Tentang sebuah pertanggung jawaban, setia atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari shalatnya. Dia akan mampu bertanggung jawab pada apapun seperti dia menjaga shalatnya;

Semakin kita mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya. Karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki itu tak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati untuk menerima kekurangan;

Bila tak kuasa memberi, jangan mengambil. Bila mengasihi terlalu sulit, jangan membenci. Bila tak mampu menghibur orang, jangan membuatnya sedih. Bila tak mungkin meringankan beban orang lain, jangan memberatkannya. Bila tak sanggup memuji, jangan menghujat. Bila tak bisa menghargai, jangan menghina. JANGAN MENCARI KESEMPURNAAN, tapi sempurnakanlah apa yang telah ada pada diri kita;

Tidak perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya. Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera;

Andai pun aku kehilangan sebuah jarum di atas tumpukan jerami, yakin aku masih bisa menemukannya. Namun bila kehilanganmu, yakinlah aku tak akan pernah menemukan wanita sepertimu di dunia ini;

Demi merajut satu mimpi, bila esok telah tiba. Semoga ketulusan embun, turut mengaminkan segala pinta;

Melukiskan sederet harap; Tuhan jadikan segalanya lebih baik di sini dan di sana kelak;

Hari ini yang paling ingin kuenyahkan dari hatiku adalah rasa malas dan bosan;

Lukiskan impian cinta, guratkan sejuta warna agar hidup ini indah penuh makna;

Barangkali, kau memang tak akan sanggup memecahkan misteri itu. Sebab rahasia yang ada padamu, bukan milikku. Tapi selalu, keindahan yang tampak, bukanlah keindahan yang sebenarnya. Maka ada baiknya, bunga itu jangan terlalu lama kau simpan di dalam pot;

Bila suatu saat aku terdampar di kota tua, di mana hanya ada satu orang yang berhasil kutemui, semoga seseorang itu adalah kamu;

Kuberlari bukan karena ingin menunjukan seberapa cepat kakiku menapak, tetapi ingin menunjukan, betapa aku ingin segera meninggalkanmu dengan segala sakit;

Aku bernyanyi bukan karena suaraku merdu, tapi berusaha membentuk suara lain agar bisa kau dengar ungkapan suara hatiku;

Aku tulis status ini bukan karena ingin kau membacanya, lalu menangis atau terharu, tapi ingin mengabarkan bahwa ini hanya status facebook, jangan berlebihan memaknainya;

Sakit mana? melihat orang yang dicintai bersama orang lain? atau orang yang dicintai tak pernah merasakan kebahagiaan selama bersamamu?

Keberhasilanku, bukan karna aku kebih baik dari pada mereka. Tapi karena hinaan mereka yang akan menjadikanku petarung yang lebih hebat dan lebih berani menatap dunia;

Jika cinta, ia takkan berjanji, tak juga membuatmu menunggu;

Betapa bahagianya diriku, diciptakan sebagai salah satu elemen terpenting dalam kehidupan. Mengalir dari hulu ke hilir, dari beberapa mata air yang kecil bersatu menjadi sungai-sungai, menuju pedesaan, merambah seluruh kota dan bermuara di lautan. Memenuhi seluruh kebutuhan mereka semua; manusia, hewan dan tumbuhan. Hanya kata maaf yang bisa kuberikan. Maaf ketika aku tidak bisa hadir di samping mereka, itu karena pohon-pohon telah tiada. Maaf jika aku menghilang dan datang pada musim kemarau, itu karena ratusan ribu hektar hutan telah ditebang dan berpindah fungsi. Sehingga aku tidak lagi mampu menjaga keseimbangan. Maaf ketika aku menggenang di perkantoran, itu karena aku tidak punya daerah resapan. Lalu ketika aku meluap dari sungai, itu karena sampah yang menghalangi jalanku. Sehingga aku tidak bisa mengalir dengan lancar sampai ke laut;

Jangan katakan cinta, jika kau tak sanggup menanggungnya. Sebab ia adalah janji dan boleh jadi air mata;

Sebab kau lebih berarti darinya;

Bila benar rindumu telah menjadi pusara, maka izinkan aku menjadi bunga kambojanya;

Semacam hujan yang malu mengirim gerimis pada matamu. Aku tahu itu bukan sakit, itu cinta yang lugu. Sebab menemukanku adalah mimpimu yang ranum. Dan kita mulai menghitung kesempatan pertemuan. Semudah senjakah menemukan malam? atau sesulit pelangi di musim kemarau? lalu kita membuang lelah sejenak. Semacam kuntum melati menunggui mekar, akulah taman itu yang sedang basah di bulan ini dan kita tak sepi lagi. Seperti gerimis itu, percayalah bahwa aku tak pernah jauh;

Dalam hening,  ada yang diam-diam mencintaimu. Dalam do'anya, kelak waktu tak harus mengubah janjinya, sebab cinta tak pernah tua, katanya;

Mengapa aku sendu, sekali lagi karena aku rindu;

Menemukan yang sesuai itu bagai mencari jarum dalam jerami. Dan jomblo adalah pilihan terbaik saat ini;

Telah kuhanyutkan rasa jenuh untuk mengatakan kepada separuh takdirku yang tersisah. Jika kita hanyalah seekor siput, jangan bermimpi berlari sekencang rusa. Jika kita hanyalah belibis, jangan berharap untuk terbang segagah elang. Jika kita hanya bunga bakung, untuk apa iri pada harumnya mawar, padahal Tuhan telah membingkai pada apa semestinya kita menjadi;

Beri jalan pada waktu, kau akan dewasa saat kau menginginkanya. Jangan menyerah pada sunyi, sebab sunyi itu adalah luka yang kau ijinkan masuk ke jiwamu tanpa tahu kapan ia bisa keluar;

Menunggu bisa jadi hal yang mudah. Asalkan yang jadi sebab adalah kamu;

Jauh dari tempat kau berpijak, ada seseorang yang menunggumu. Rela menunggu kabar, merindu dalam diam, mendoakan untuk bahagiamu. Bahkan dengan polosnya, dia rela membodohi dirinya dengan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk memikirkanmu;

Tak usah menangis terus, saat sedih. Sebab di balik air mata belum tentu ada mata air;

Cinta, jika kau buat ini jadi penjara, maka biarkan aku tetap di sana jadi tawanan hatimu;

Sesuatu yang diperoleh dari perjuangan panjang, lebih manis rasanya dari sesuatu yang begitu mudah didapat;

Aku mungkin bisa mengikhlaskannya dan mungkin bisa memaafkannya. Tapi satu yang tak bisa kumaafkan, disaat dirinya mencintaiku dalam kebohongan;

Jika disetiap kejatuhan kamu mau bangkit lagi, maka saat itu kamu lebih dari seorang pemenang;

Lebih baik memilih jalan terjal yang penuh kejujuran daripada jalan datar mulus yang sarat akan kebohongan. Hidup ini tidak mudah, namun menikmati setiap kesakitan dengan sabar lebih baik daripada lari dari kenyataan;

Tiba-tiba waktu mengurungku dalam ingatan, tentangmu;

Walau sering membohongi, sesekali dengar apa yang kukatakan. Di balik bisunya huruf-huruf untuk memujimu, kukatakan aku mengagumimu;

Sukses adalah manakala bisa mensyukuri bakat dan kekurangan. Dengannya bisa menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Hakikat kesuksesan bukanlah puncak, kesuksesan adalah perjalananmu dalam menuju puncak;

Pilihan terbaik adalah disaat memilih sesuatu, bisa memahami akan konsekuensi yang ada, serta selalu siap untuk menghadapi dan menyelesaikanya. Tiada jalan yang tak berliku, tiada lembah yang tak berkoral dan tiada bukit yang tak mendaki. Hanya butuh sedikit kesabaran, maka semua itu akan benar-benar dapat terlewati;

Manusia terbaik adalah yang bisa menghargai bakat orang lain dan dapat menghormati kekurangan orang lain;

Dari detik yang berganti, menit berlalu, jam berputar, hari berselang, tibalah pekan, sampailah bulan, dan kini telah usai setahun. Hari ini harimu; HBD. Panjang Umur, Sukses & Sehat Selalu;

Seseorang dalam shalat Duha, menanti cintamu untuk bersua. Menyampaikan salam di peraduan sujudnya untuk Rabbul Ilahi bahwa engkau merindukannya;

Melangkah bersama, menyusuri jalan yang berujung gelap, setapak demi setapak. Sabar kawan, di depan pasti akan ada cahaya untuk kita semua;

Kutitip pagi dilembar-lembar dingin yang lebur dan kuberi jeda diseuntai tasbih dalam melingkari jari disetiap butir zikir. Kupahatkan nama, sehingga jelas. Supaya engkau benar-benar mengenal siapa yang ingin berteriak, hanya untuk mengatakan kalau dia merindukanmu;

Cinta ini sangat sederhana, sesederhana cinta adam dan hawa. Semakin jauh semakin rindu dan semakin dekat semakin ingin memiliki;

Segerakan kebaikan agar jawaban dari doa-doa kita juga disegerakan;

Jangan tanya kearah mana seharusnya engkau mencariku ? Sebab aku tak pernah jauh lagi setelah menemukanmu;

Terimalah kehilangan sebagai pelajaran dan janji dari Tuhan, bahwa nanti kau akan dikejutkan dengan hal yang lebih baik;

Menggengamku tidak perlu terlalu erat. Karena aku akan setia, walau jarak kita tak lagi dekat;

Sebab selalu ada nilai lebih bagi mereka yang memiliki sikap jujur;

Dalam sebuah rindu, diantara kau dan aku, ada kata doa yang membuat jarak tak lagi berarti;

Waktu terlalu berharga untuk melepaskan seseorang yang pantas untuk diperjuangkan;

Sebelum mataku memejam setiap malam, selalu ada dua hal melintas dalam diam; rindu dan kamu. Dua hal yang tak pernah bosan saling menuju;

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana Tuhan menciptakan cinta di hatiku;

kelak kau akan temukanku dalam syahadah hati. Bahkan jika do'amu tak juga tiba, aku masih hati yang sama, menunggumu. Satu dua rindu simpan saja, mungkin mekarnya belum terkirim dalam tahajud malammu. Jangan ragu, sebab aku tak pernah jauh;

Bukan cantikmu yang membuatku cinta. Tapi cintaku yang menjadikanmu terlalu indah untuk dilupakan;

Pada hakekatnya, cinta sejati bukanlah seberapa lama kita berada dalam ikatan waktu yang sama, atau seberapa banyak air mata yang telah kita tumpahkan dan seberapa lama, kita lunglai dalam perih. Tapi terkadang cinta sejati, kita harus datang untuk melihatnya pergi dan berkata dengan tulus, semoga engkau berbahagi bersamanya;

Ketika rona jingga tak lagi menyapa langit senjamu atau ketia cintamu bagai embun yang di permainkan pagi, janganlah serta merta engkau meminjam pena takdir untuk menulis lusuhnya mimpimu. Ketahuilah, Tuhan tidak pernah lupa untuk menciptakan belahan jiwamu. yang ada, Tuhan teramat mencintaimu, untuk tidak memberikanmu sekarang;

Untuk sementara biarlah seperti apa adanya, atau menjadi sebagaimana mestinya. Jika pada separuh yang tersisa, aku hanyalah siput, untuk apa aku menyurati Tuhan untuk menjadikanku rusa yang bisa berlari kencang;

Terkadang kita bermimpi untuk terbang dan melayang segagah elang, namun pagi setia pada takdirnya untuk mengingatkanmu bahwa engkau tiada bersayap. Walau pada apa takdirku menjadi, tiada hasratku menjadi pagi untuk membangunkanmu dari mimpi;

Tuhan, untuk separuh takdir yang tersisa, ijinkanlah jiwa yang letih ini berlabuh. Tuhan, jika semua impian dan harapanku tiada yang menjadi nyata, kumohon yakinkan kepadaku bahwa takdirmu lebih daripada mimpi dan harapanku;

Semoga engkau tiada sepasrah kayu yang tidak berkata apapun kepada api yang membuatnya menjadi abu;

Hampir semua wanita lebih senang kelihatan cantik, dari pada pandai, karena mereka tahu bahwa laki-laki lebih pandai melihat dari pada berpikir;

Kudapati kebodohanku, saat lidah yang kupakai untuk bertasbih, kupakai juga untuk mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagimu;

Bukan karena seberapa banyak kalimat yang kutulis, bukan sebanyak kata indah yang kurangkai, bukan pula seberapa besar senyum untuk ketidakrelaanku. Melainkan, seberapa tulus aku mendoakannmu untuk tetap dan selalu bahagia;

Keihlasanku bukan karena kehilanganmu, melainkan kayakinanku akan catatan takdir Tuhan yang lebih baik;

Banyak kata belum sempat kutulis, biar di bibir bulan kutitip kalimat rindu. Karena di sana kutemukan rona wajahmu;

Seandainya tiap tetes air mata dapat menjadi tangga dan segala rasa sakit hati mampu menjadi jalan, maka akan kulalui jalan itu menemuimu dan membawamu kembali pulang dalam pelukan. Sebab aku masih menyayangimu;

Jika kelumpuhan tak dapat membatasiku, maka keterbatasan tak akan mampu melumpuhkanmu;

Aku mengaku pada malam dan berdusta pada pagi, meniduri senja lalu meninggalkan siang. Kepada kekasih kusandarkan harapan, kepada musuh bebuyutan kugantungkan harapan. Aku surya pada padang kegelisahan hati dan nazam dari lubuk tanpa tepi. Kemana kaki harus melangkah untuk kuhunuskan pedang perlawanan? Datanglah duhai gadis dengan hijab, niscaya lemah kedua kakiku, maka kuhunuskan pedang ini ke dalam tubuhku. Bagaimana bisa seorang buruk mendapat baik? Bagaimana bisa seorang bejat mendapat kesucian? Sebab aku adalah luka manusia, sukma dari dosa. Penyesalan menikamku, dan kerinduan untuk melakukan kesalahan, membelaiku. Lalu kujunjung tinggi hasrat kemenangan yang datang secepat kedipan mata, dan pergi secepat kilat di mega senja. Duhai malam iringi Aku menangis dan buta pada keinginanku, tuli dari suara hati manusia. Duhai kebenaran, jangan kau lupakan aku secepat asap pada celah gigi candu rokok;

Jika merah itu rindu, aku-lah warna yang tak using menantimu semisal purnama;

Jika aku masuk lewat jendela cintamu dan itu salah, maka beri aku alur untuk menemukan pintu hatimu;

Jika waktu telah banyak berlalu dan baru kau tahu berapa kadar cinta yang kupunya, maka jangan pernah menyesal telah melepasku. Karena yakinlah, jika aku dan kamu diizinkan oleh yang punya segala cinta untuk bersama, pasti kita akan berjumpa lagi tanpa pernah terfikirkan sebelumnya. Namun, jika kamu bukan untukku, percayalah Allah pemilik alam semesta ini punya yang terbaik untukmu;

Andai saja bisa kau pahami setitik rasa yang selama ini mengembara dalam benakku, mungkin tidak akan sedalam ini sayatan rindu yang menikamku;

Tak pernah luput maupun tertukar dengan yang lainnya, karena garisku sudah pasti alurnya. Maka, ikhlaskanlah! Belajarlah untuk menjadi sabar dalam setiap pengaturan-Nya. Sebab, apapun itu yang tersaji di setiap titian hidup! Itu adalah satu dari rangkaian proses, dari cara Tuhan mengajarkan kedewasaan dengan semua bentuk kasih sayang-Nya, yang nyaris tanpa cela;

Belajarlah ikhlas pada akar, meski tak ada yang mengenalnya karena sembunyi di dalam tanah, sesungguhnya ia lah yang mengantar kehidupan pada dahan yang kokoh dan pada daun yang melambai;

Tetap kunanti hadirmu di ujung jalan dengan latar merapi memenuhi janji temu kita, saat pelangi baru menumbuh;

Kepadamu menjemput mimpi seperti purnama, yang tak perlu kau tulis sajak cinta berapi, sebab senyummu, aku telah terbakar sempurna. Petiklah embun dari langit yang menaungi rinduku, sebab aku ingin tersesat di dadamu dan tak kembali lagi;

Seperti janji, aku waktu yang selalu menuntunmu pada garis yang bernama temu. Serupa takdir, aku nasib baik yang tak lelah menggengam do'a dalam sebuah harapan. Jika matamu lelah meminta cahaya itu, berilah istirah pada hatimu. Tapi jangan lupa mengingatku dalam hapalan do'a malammu, kelak kau jumpai aku dalam jeda mimpimu;

Mereka yang sanggup diam ketika amarah menguasai dirinya, tahu jalan menuju emas yang terpendam;

Senyum semangat demi sebuah mimpi dan senyum hangat untuk sebuah misi;

Percayalah, aku menginginkanmu seperti sajak dalam lagu, memintamu menjadi liriknya;

Kalau kau tahu gelas itu berisi anggur, kenapa tidak kau pecahkan saja gelasnya, biar kita tak harus mabuk. Bukankah kau lebih suka begitu, menuang air hujan dalam kemarau. Seperti menunggu embun, rupanya kau lupa kalau matahari tak kan terbit di malam hari;

Di sepertiga ramadhan, kuatkan iman hingga syawal menjelang. Semoga di penghujung ramadhan, kita semua kian manis mencecap manisnya iman;

Seperti dedaunan meranggas di halaman, hati akan tetap setia pada pemiliknya. Saat jiwa terpatri rindu nan bergelora dan menyimpan beribu kisah di baliknya. Maka, setialah menanti waktu menjadi sejarah terindah;

Rindu adalah tali yang tak pernah putus bagai tiang yang tak pernah tumbang dan lorong yang tak pernah tertutup menjadi musim yang tak pernah tentram;

Jangan berikan hatimu kepada seseorang sebelum kamu yakin bahwa dia tahu bagaimana cara tuk memperlakukannya dengan baik;

Manakala ombak yang kau biarkan memecah membuat sampanku & sampanmu terpisah, lantas ke mana rindu memburu tawarnya;

Sebab aku dan kamu adalah jelmaan rindu, sementara rindu adalah bingkai rasa dalam waktu tak berkesudahan. Kita merapal masing-masing kisah dalam benak yang terpatri. Kemudian menghunuskan sebongkah ciuman pada bibir waktu kehidupan. Dalam tutur nadi pencarian-Nya, bukankah kita adalah jiwa yang dipenuhi bunga bermekaran indah, yang tiap detak masa kita hanya mengulum manja di peraduan.
Sebab aku dan kamu adalah bongkahan waktu yang mengiba pada malam tak bercahaya, menyatu dalam warna rasa sejuta keindahan. Bagai bisikan lirih hati pada wajah meronah merah, senyum menggelayut indah di bibir manismu. Getir asmara dalam masa yang berkilau, detik-detik meniti dalam pekatnya malam. Sejurus kemudian, hampa di ruangan senyap tak bersenyawa, hanya meninggalkan jejaknya dan kita menyebutnya "Kenangan".
Sebab aku dan kamu bukanlah kata yang patah atau sajak tanpa diksi, melainkan hanya ukiran lembutnya nafas cinta dalam mendendangkan kisah, dimana kitalah pelaku utamanya. Sejatinya rasa dalam semerbak wanginya taman firdaus, hingga jejak dimana akan berdiri kokoh, menambatkan hati pada semilirnya masa berderai indah.
Sebab aku dan kamu akan tercipta rindu, bayang tak kasat mata dan jiwa yang saling menautkan wajahnya pada rerupa cinta yang membatin. Karena kita tahu hakekat cinta dan pengembaraan masanya. Bukankah tiap waktu adalah taman bermain keindahan rasa yang sedekitpun kita tak pernah berjumpa. Sementara kita pahami jiwa adalah ruang-ruang batin bermekaran sempurna, meneteskan pilu nadi kehidupan, buyarkan jejak suram, ciptakan dunianya sendiri.
Sebab aku dan kamu, seiring waktu yang berjalan. Bingkai kesempurnaan rasa dalam mahligai cinta-Nya. Tiada terpisah memisah kisah, hanya getiran waktu sebagai ujian Cinta. Tiada terpenggal jarak, terhentakkan masa, kelamnya rajutan luka, melainkan sebagai penguat rasa cinta. Tak terhunus peluh derita jiwa, kala raga bersua tambatan hatinya. Sebab aku dan kamu adalah jejak yang diabadikan masa, sejarah dimana rindu dan kehangatan jiwa saling bertautan mesra, mengeja nama kita di penghujung kisah abadi.

Seumpama titian, kau ragu akan terjatuh jika melewatinya. Kalau-lah kau percaya, sebagaimana yakinnya aku, suatu hari kita akan paham bahwa hatilah yang mempertemukan dan itu tak sebanding dengan luka hari ini;

Tidak ada komentar:

Posting Komentar