Menjadilah
dirimu sendiri, sebagaimana pesona yang menjadi milikmu. Jangan sandarkan harap
pada rasa, sebab tak diutus takdirnya untuk menjadi milikmu. Berdamailah dengan
dirimu karena terkadang kupu-kupu hinggap pada yang diam;
Jangan
pernah lusuhkan nasibmu untuk sesuatu
yang pamit dan jangan mengharap terlalu banyak untuk sesuatu yang
datangnya tiba tiba, karena bisa saja ia akan pergi juga dengan tiba tiba;
Senandung
malam berkata; sebuah kenangan tak diharuskan untuk dipertahankan;
Jangan
menjadikan orang yang dicintai selalu seperti yang teringinkan, agar tidak
mencintai pantulan diri sendiri. Biarkan seperti dirinya sendiri dan semoga
kita mampu melihatnya sempurna dalam ketidaksempurnaaanya;
Jika
semua daun harus memilih menjadi bunga, mungkin tak akan ada lagi tangkai yang
patah. Begitu pun hati yang meminta terlalu banyak, akan rapuh dalam kenangan
dan memilih diam pun hanya baik, jika kebenaran yang memintanya. Maka ijinkan
hatimu bersuara sekali saja, jika itu cinta;
Rasa
suka itu, bukan hanya sekedar bagaimana mata melihat, tapi bagaimana
mempercayai ketika tak melihatnya. Sebab rasa suka akan menjelma atas izin
takdirnya dan doamulah sebagai lenteranya, agar tiada sesal menyertaimu ketika
engkau menjemput senja di kala pagi;
Karena
nasib telah berani mengambil masa lalumu, maka jangan takut mencuri takdir
untuk masa depanmu;
Air
hujan yang turun membasahi bumi tak pernah mencaci awan, apalagi marah pada
langit. Ia rela jatuh ke tanah, menyatu dan menjadi air yang kotor, hanya
karena ikhlas dan yakin, bahwa ia mampu menyuburkan bumi yang tandus. Andai
besok langit kembali cerah, maka biarkan diri ini berbuat yang lebih baik untuk
orang lain;
Saya sudah mencium sinar bulan dalam gelap
malam. Menari dengan indah kepak sayap beribu burung. Aku pernah melihat
keindahan sabana yang luas. Merasa damai dan menulis cerita itu sendiri. Aku
sudah melihat dunia dari tingginya gunung. Terasa cinta dari air mata paling
murni. Aku pernah melihat lembah penuh bunga. Melihat ratusan kupu-kupu menari
indah. Aku sudah berlayar dalam mimpi yang sempurna. Aku pernah melihat
matahari bercumbu dengan laut. Aku sudah mencium hangatnya mentari dalam
peraduan. Aku bahkan pernah merasakan sentuhan keajaiban. Tapi kali ini aku
ingin menyentuh tangan itu. Dengan keikhlasan yang melingkar di jari. Merasakan
kedamaian dan menulis cerita itu bersamanya. Saling berpegangan dalam indahnya
kesungguhan;
Jika selama saling mengenal, ada salah dan
khilaf dalam perkataan, mohon dimaafkan. Jika ada janji yang lupa ditunaikan, mohon
diingatkan. Jika ada hak yang terabaikan, mohon diikhlaskan. Meski terdapat
perbedaan, tak perlu lagi dipersoalkan. Meski tangan tiada berjabat, muka
ditatap pun tiada dapat. Sebab ramadhan telah ditetapkan, mari membuka hati
untuk saling memaafkan, agar ramadhan kita semua tambah berkah. Kukirim untaian
kata, menggantikan tangkupan tangan di dada, sekiranya menjadikan lapang hati
terasa. Semoga di ujung jalan adalah hari kemenangan untuk semua. Marhaban Ya
Ramadhan, Mohon Maaf Lahir & Bathin;
Mungkin,
aku bukan orang yang akan selalu kau hubungi pertama kali. Namun, aku akan
selalu berusaha untuk selalu ada di sana, saat kau tak tahu lagi hendak ke
mana;
Jika
yang dicinta tak kunjung datang, maka terimalah sebaik-baik pilihan yang Tuhan
berikan;
Adakalanya
seseorang yang mencintaimu tak pernah menyatakan cintanya karena belum masanya
kau tahu;
Karena
rinduku ini ibarat senja di ufuk timur, indah tapi tak bisa disentuh;
Jika
mencintaimu adalah kesalahan, maka biarlah kunikmati kesalahanku ini sebelum engkau
membenarkannya;
Sebab
beberapa kesedihan harus kita simpan sendiri. Bukan tak mau berbagi, namun
kadang itulah cara satu-satunya agar kita kuat;
Terkadang
kita cuma ditakdirkan untuk bertemu, lalu jatuh cinta, saling sayang dan bukan
untuk bersama;
Dari
mana datangnya cinta? bukan dari mata turun ke hati. Tapi, dari hati dan
menetap di sana sampai mati;
Sepertinya
air mata lebih mengerti kata, menerjemahkan luka tanpa kata-kata;
Berbicara
tentang perasaan adalah sesuatu yang amat dalam, ejaknya tiada mampu
teramanatkan kecuali ketika tiba masanya;
Menolak
kadang bukan berarti tak mau. Kamu ingin, tapi tahu; kebahagiaan yang satu itu
belum tentu benar dan baik;
Tak
terlihat namun amat sangat terasa, tak berbekas namun dapat menguras air mata dan itulah patah hati;
Merindukanmu
itu mudah, semudah menghirup udara untuk bernapas. Jatuh cinta padamu itu
singkat, sesingkat mengedipkan mata. Sayangnya, aku butuh
bernapas dan mengedipkan mata setiap waktu. Aku benci itu! Karena sesering
itulah aku jatuh cinta dan merindukanmu;
Ya
Rabb, sampai kapan pun, waktuku tak cukup umur membalas jasa bunda;
Ketika
kenyataan tak sejalan dengan perasaan dan terus saja mengingat seseorang yang
telah melupakan kita, terasa seperti bom bunuh diri yang sewaktu-waktu bisa
meledak kapan saja;
Kalau
esok pagi kau tak menemukanku, itu berarti kau tak harus keliru. Sebab usia
do'a kita, setua aku menunggumu;
Seperti
halnya pertemuan, perpisahan itu hanya sebuah jarak. Dan jarak adalah apa yang
telah dan akan kita lalui kedepan. Kehidupan bisa membuat kita jatuh
berkali-kali, tapi kita masih bisa memilih jalan mana yang bisa kita lalui
untuk bangkit dan melakukan hal benar;
Jika
waktu telah berkata iya, maka takdir takkan mengelak lagi sampai bahasa hati
takkan mampu menyampaikan maksudnya, karena satu keindahan bisa jadi telah
mengetuk pintu bahagiamu;
Tuhan,
tundukkan pandanganku pada mereka yang berusaha mendekatiku sebelum engkau
tunjukkan siapa jodoh untukku agar aku tetap istiqamah di jalan-Mu dan berharap
cinta yang tulus untuk dunia akhiratku;
Tentang
sebuah pertanggung jawaban, setia atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari
shalatnya. Dia akan mampu bertanggung jawab pada apapun seperti dia menjaga
shalatnya;
Semakin kita
mencari kesempurnaan, semakin pula kita tak akan pernah mendapatkannya. Karena sejatinya kesempurnaan yang hakiki itu tak pernah ada, yang ada
hanyalah keikhlasan hati untuk menerima kekurangan;
Bila
tak kuasa memberi, jangan
mengambil. Bila
mengasihi terlalu sulit, jangan membenci.
Bila tak mampu menghibur orang, jangan membuatnya sedih. Bila tak mungkin meringankan beban orang lain, jangan
memberatkannya. Bila tak sanggup memuji,
jangan menghujat. Bila tak bisa menghargai, jangan menghina. JANGAN
MENCARI KESEMPURNAAN, tapi sempurnakanlah
apa yang telah ada pada diri kita;
Tidak
perlu takut terhadap beban hidup, yang perlu dilakukan hanya mengelolanya.
Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera;
Andai
pun aku kehilangan sebuah jarum di atas tumpukan jerami, yakin aku masih bisa
menemukannya. Namun bila kehilanganmu, yakinlah aku tak akan pernah menemukan
wanita sepertimu di dunia ini;
Demi
merajut satu mimpi, bila esok telah tiba. Semoga ketulusan embun, turut
mengaminkan segala pinta;
Melukiskan
sederet harap;
Tuhan jadikan segalanya lebih baik di sini dan di sana kelak;
Hari
ini yang paling ingin kuenyahkan dari hatiku adalah rasa malas dan bosan;
Lukiskan
impian cinta, guratkan sejuta warna agar hidup ini indah penuh makna;
Barangkali,
kau memang tak akan sanggup memecahkan misteri itu. Sebab rahasia yang ada
padamu, bukan milikku. Tapi selalu, keindahan yang tampak, bukanlah keindahan
yang sebenarnya. Maka ada baiknya, bunga itu jangan terlalu lama kau simpan di
dalam pot;
Bila suatu saat aku terdampar di
kota tua, di mana hanya ada satu orang yang berhasil kutemui, semoga seseorang
itu adalah kamu;
Kuberlari
bukan karena ingin menunjukan seberapa cepat kakiku menapak, tetapi ingin
menunjukan, betapa aku ingin segera meninggalkanmu dengan segala sakit;
Aku
bernyanyi bukan karena suaraku merdu, tapi berusaha membentuk suara lain agar
bisa kau dengar ungkapan suara hatiku;
Aku
tulis status ini bukan karena ingin kau membacanya, lalu menangis atau terharu,
tapi ingin mengabarkan bahwa ini hanya status facebook, jangan berlebihan
memaknainya;
Sakit
mana? melihat orang yang dicintai bersama orang lain? atau orang yang dicintai
tak pernah merasakan kebahagiaan selama bersamamu?
Keberhasilanku,
bukan karna aku kebih baik dari pada mereka. Tapi
karena hinaan mereka yang akan menjadikanku petarung yang lebih hebat dan lebih
berani menatap dunia;
Jika
cinta, ia takkan berjanji, tak juga membuatmu menunggu;
Betapa
bahagianya diriku, diciptakan sebagai salah satu elemen terpenting dalam
kehidupan. Mengalir dari hulu ke hilir, dari beberapa mata air yang kecil
bersatu menjadi sungai-sungai, menuju pedesaan, merambah seluruh kota dan
bermuara di lautan. Memenuhi seluruh kebutuhan mereka semua; manusia, hewan dan
tumbuhan. Hanya kata maaf yang bisa kuberikan. Maaf ketika aku tidak bisa hadir
di samping mereka, itu karena pohon-pohon telah tiada. Maaf jika aku menghilang
dan datang pada musim kemarau, itu karena ratusan ribu hektar hutan telah
ditebang dan berpindah fungsi. Sehingga aku tidak lagi mampu menjaga
keseimbangan. Maaf ketika aku menggenang di perkantoran, itu karena aku tidak
punya daerah resapan. Lalu ketika aku meluap dari sungai, itu karena sampah
yang menghalangi jalanku. Sehingga aku tidak bisa mengalir dengan lancar sampai
ke laut;
Jangan
katakan cinta, jika kau tak sanggup menanggungnya. Sebab ia adalah janji dan
boleh jadi air mata;
Sebab
kau lebih berarti darinya;
Bila
benar rindumu telah menjadi pusara, maka izinkan aku menjadi bunga kambojanya;
Semacam
hujan yang malu mengirim gerimis pada matamu.
Aku tahu itu bukan sakit, itu cinta yang lugu.
Sebab menemukanku adalah mimpimu yang ranum.
Dan kita mulai menghitung kesempatan pertemuan. Semudah senjakah menemukan
malam? atau sesulit pelangi di musim kemarau? lalu kita membuang lelah sejenak.
Semacam kuntum melati menunggui mekar, akulah taman itu yang sedang basah di
bulan ini dan kita tak sepi lagi. Seperti gerimis itu, percayalah bahwa aku tak
pernah jauh;
Dalam
hening, ada yang diam-diam mencintaimu.
Dalam do'anya, kelak waktu tak harus mengubah janjinya, sebab cinta tak pernah
tua, katanya;
Mengapa
aku sendu, sekali lagi karena aku rindu;
Menemukan
yang sesuai itu bagai mencari jarum dalam jerami. Dan jomblo adalah pilihan
terbaik saat ini;
Telah
kuhanyutkan rasa jenuh untuk mengatakan kepada separuh takdirku yang tersisah.
Jika kita hanyalah seekor siput, jangan bermimpi berlari sekencang rusa. Jika
kita hanyalah belibis, jangan berharap untuk terbang segagah elang. Jika kita
hanya bunga bakung, untuk apa iri pada harumnya mawar, padahal Tuhan telah membingkai pada apa semestinya kita menjadi;
Beri
jalan pada waktu, kau akan dewasa saat kau menginginkanya. Jangan menyerah pada
sunyi, sebab sunyi itu adalah luka yang kau ijinkan masuk ke jiwamu tanpa tahu
kapan ia bisa keluar;
Menunggu
bisa jadi hal yang mudah. Asalkan yang jadi sebab adalah kamu;
Jauh
dari tempat kau berpijak, ada seseorang yang menunggumu. Rela menunggu kabar,
merindu dalam diam, mendoakan untuk bahagiamu. Bahkan dengan polosnya, dia rela
membodohi dirinya dengan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk memikirkanmu;
Tak
usah menangis terus, saat sedih. Sebab di balik air mata belum tentu ada mata
air;
Cinta,
jika kau buat ini jadi penjara, maka biarkan aku tetap di sana jadi tawanan
hatimu;
Sesuatu
yang diperoleh dari perjuangan panjang, lebih manis rasanya dari sesuatu yang
begitu mudah didapat;
Aku
mungkin bisa mengikhlaskannya dan mungkin bisa memaafkannya. Tapi satu yang tak
bisa kumaafkan, disaat dirinya mencintaiku dalam kebohongan;
Jika
disetiap kejatuhan kamu mau bangkit lagi, maka saat itu kamu lebih dari seorang
pemenang;
Lebih
baik memilih jalan terjal yang penuh kejujuran daripada jalan datar mulus yang
sarat akan kebohongan. Hidup ini tidak mudah, namun menikmati setiap kesakitan
dengan sabar lebih baik daripada lari dari kenyataan;
Tiba-tiba
waktu mengurungku dalam ingatan, tentangmu;
Walau
sering membohongi, sesekali dengar apa yang kukatakan. Di balik bisunya
huruf-huruf untuk memujimu, kukatakan aku mengagumimu;
Sukses
adalah manakala bisa mensyukuri bakat dan kekurangan. Dengannya bisa
menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Hakikat kesuksesan bukanlah puncak,
kesuksesan adalah perjalananmu dalam menuju puncak;
Pilihan
terbaik adalah disaat memilih sesuatu, bisa memahami akan konsekuensi yang ada,
serta selalu siap untuk menghadapi dan menyelesaikanya. Tiada jalan yang tak
berliku, tiada lembah yang tak berkoral dan tiada bukit yang tak mendaki. Hanya
butuh sedikit kesabaran, maka semua itu akan benar-benar dapat terlewati;
Manusia
terbaik adalah yang bisa menghargai bakat orang lain dan dapat menghormati
kekurangan orang lain;
Dari
detik yang berganti, menit berlalu, jam berputar, hari berselang, tibalah
pekan, sampailah bulan, dan kini telah usai setahun. Hari ini harimu; HBD.
Panjang Umur, Sukses & Sehat Selalu;
Seseorang
dalam shalat Duha, menanti cintamu untuk bersua. Menyampaikan salam di peraduan
sujudnya untuk Rabbul Ilahi bahwa engkau merindukannya;
Melangkah
bersama, menyusuri jalan yang berujung gelap, setapak demi setapak. Sabar
kawan, di depan pasti akan ada cahaya untuk kita semua;
Kutitip
pagi dilembar-lembar dingin yang lebur dan kuberi jeda diseuntai tasbih dalam melingkari
jari disetiap butir zikir. Kupahatkan nama, sehingga jelas. Supaya engkau
benar-benar mengenal siapa yang ingin berteriak, hanya untuk mengatakan kalau
dia merindukanmu;
Cinta
ini sangat sederhana, sesederhana cinta adam dan hawa. Semakin jauh semakin
rindu dan semakin dekat semakin ingin memiliki;
Segerakan
kebaikan agar jawaban dari doa-doa kita juga disegerakan;
Jangan
tanya kearah mana seharusnya engkau mencariku ? Sebab aku tak pernah jauh lagi
setelah menemukanmu;
Terimalah
kehilangan sebagai pelajaran dan janji dari Tuhan, bahwa nanti kau akan dikejutkan
dengan hal yang lebih baik;
Menggengamku
tidak perlu terlalu erat. Karena aku akan setia, walau jarak kita tak lagi
dekat;
Sebab
selalu ada nilai lebih bagi mereka yang memiliki sikap jujur;
Dalam
sebuah rindu, diantara kau dan aku, ada kata doa yang membuat jarak tak lagi
berarti;
Waktu
terlalu berharga untuk melepaskan seseorang yang pantas untuk diperjuangkan;
Sebelum
mataku memejam setiap malam, selalu ada dua hal melintas dalam diam; rindu dan
kamu. Dua hal yang tak pernah bosan saling menuju;
Aku
ingin mencintaimu dengan sederhana, sesederhana Tuhan menciptakan cinta di
hatiku;
kelak
kau akan temukanku dalam syahadah hati. Bahkan jika do'amu tak juga tiba, aku masih hati yang sama, menunggumu. Satu dua rindu simpan saja, mungkin mekarnya belum terkirim dalam tahajud malammu.
Jangan ragu, sebab aku tak pernah jauh;
Bukan
cantikmu yang membuatku cinta. Tapi cintaku yang menjadikanmu terlalu indah
untuk dilupakan;
Pada
hakekatnya, cinta sejati bukanlah seberapa lama kita berada dalam ikatan waktu
yang sama, atau seberapa banyak air mata yang telah kita tumpahkan dan seberapa
lama, kita lunglai dalam perih. Tapi terkadang cinta sejati, kita harus datang
untuk melihatnya pergi dan berkata dengan tulus, semoga engkau berbahagi
bersamanya;
Ketika
rona jingga tak lagi menyapa langit senjamu atau ketia cintamu bagai embun yang
di permainkan pagi, janganlah serta merta engkau meminjam pena takdir untuk
menulis lusuhnya mimpimu. Ketahuilah, Tuhan tidak pernah lupa untuk menciptakan
belahan jiwamu. yang ada, Tuhan teramat mencintaimu, untuk tidak memberikanmu
sekarang;
Untuk
sementara biarlah seperti apa adanya, atau menjadi sebagaimana mestinya. Jika
pada separuh yang tersisa, aku hanyalah siput, untuk apa aku menyurati Tuhan
untuk menjadikanku rusa yang bisa berlari kencang;
Terkadang
kita bermimpi untuk terbang dan melayang segagah elang, namun pagi setia pada
takdirnya untuk mengingatkanmu bahwa engkau tiada bersayap. Walau pada apa
takdirku menjadi, tiada hasratku menjadi pagi untuk membangunkanmu dari mimpi;
Tuhan,
untuk separuh takdir yang tersisa, ijinkanlah jiwa yang letih ini berlabuh.
Tuhan, jika semua impian dan harapanku tiada yang menjadi nyata, kumohon
yakinkan kepadaku bahwa takdirmu lebih daripada mimpi dan harapanku;
Semoga
engkau tiada sepasrah kayu yang tidak berkata apapun kepada api yang membuatnya
menjadi abu;
Hampir
semua wanita lebih senang kelihatan cantik, dari pada pandai, karena mereka
tahu bahwa laki-laki lebih pandai melihat dari pada berpikir;
Kudapati
kebodohanku, saat lidah yang kupakai untuk bertasbih, kupakai juga untuk mengeluarkan
kata-kata yang menyakitkan bagimu;
Bukan karena seberapa banyak kalimat yang
kutulis, bukan sebanyak kata indah yang kurangkai, bukan pula seberapa besar
senyum untuk ketidakrelaanku. Melainkan, seberapa tulus aku mendoakannmu untuk
tetap dan selalu bahagia;
Keihlasanku
bukan karena kehilanganmu, melainkan kayakinanku akan catatan takdir Tuhan yang
lebih baik;
Banyak
kata belum sempat kutulis, biar di bibir bulan kutitip kalimat rindu. Karena di
sana kutemukan rona wajahmu;
Seandainya
tiap tetes air mata dapat menjadi tangga dan segala rasa sakit hati mampu
menjadi jalan, maka akan kulalui jalan itu menemuimu dan membawamu kembali
pulang dalam pelukan. Sebab aku masih menyayangimu;
Jika
kelumpuhan tak dapat membatasiku, maka keterbatasan tak akan mampu
melumpuhkanmu;
Aku mengaku pada malam dan berdusta pada
pagi, meniduri senja lalu meninggalkan siang. Kepada kekasih kusandarkan
harapan, kepada musuh bebuyutan kugantungkan harapan. Aku surya pada padang
kegelisahan hati dan nazam dari lubuk tanpa tepi. Kemana kaki harus melangkah
untuk kuhunuskan pedang perlawanan? Datanglah duhai gadis dengan hijab, niscaya lemah kedua kakiku, maka kuhunuskan
pedang ini ke dalam tubuhku. Bagaimana bisa seorang buruk mendapat baik?
Bagaimana bisa seorang bejat mendapat kesucian? Sebab aku adalah luka manusia,
sukma dari dosa. Penyesalan menikamku, dan kerinduan untuk melakukan kesalahan,
membelaiku. Lalu kujunjung tinggi hasrat kemenangan yang datang secepat kedipan
mata, dan pergi secepat kilat di mega senja. Duhai malam iringi Aku menangis
dan buta pada keinginanku, tuli dari suara hati manusia. Duhai kebenaran,
jangan kau lupakan aku secepat asap pada celah gigi candu rokok;
Jika merah itu rindu, aku-lah warna yang
tak using menantimu semisal purnama;
Jika aku masuk
lewat jendela cintamu dan itu salah, maka beri aku alur untuk menemukan pintu
hatimu;
Jika waktu telah banyak berlalu dan baru
kau tahu berapa kadar cinta yang kupunya, maka jangan pernah menyesal telah
melepasku. Karena yakinlah, jika aku dan kamu diizinkan oleh yang punya segala
cinta untuk bersama, pasti kita akan berjumpa lagi tanpa pernah terfikirkan
sebelumnya. Namun, jika kamu bukan untukku, percayalah Allah pemilik alam
semesta ini punya yang terbaik untukmu;
Andai saja bisa kau pahami setitik rasa
yang selama ini mengembara dalam benakku, mungkin tidak akan sedalam ini
sayatan rindu yang menikamku;
Tak pernah luput maupun tertukar dengan
yang lainnya, karena garisku sudah pasti alurnya. Maka, ikhlaskanlah!
Belajarlah untuk menjadi sabar dalam setiap pengaturan-Nya. Sebab, apapun itu
yang tersaji di setiap titian hidup! Itu adalah satu dari rangkaian proses,
dari cara Tuhan mengajarkan kedewasaan dengan semua bentuk kasih sayang-Nya,
yang nyaris tanpa cela;
Belajarlah ikhlas pada akar, meski tak ada
yang mengenalnya karena sembunyi di dalam tanah, sesungguhnya ia lah yang
mengantar kehidupan pada dahan yang kokoh dan pada daun yang melambai;
Tetap kunanti hadirmu di ujung jalan dengan
latar merapi memenuhi janji temu kita, saat pelangi baru menumbuh;
Kepadamu menjemput mimpi seperti purnama,
yang tak perlu kau tulis sajak cinta berapi, sebab senyummu, aku telah terbakar
sempurna. Petiklah embun dari langit yang menaungi rinduku, sebab aku ingin
tersesat di dadamu dan tak kembali lagi;
Seperti janji, aku waktu yang selalu
menuntunmu pada garis yang bernama temu. Serupa takdir, aku nasib baik yang tak
lelah menggengam do'a dalam sebuah harapan. Jika matamu lelah meminta cahaya
itu, berilah istirah pada hatimu. Tapi jangan lupa mengingatku dalam hapalan
do'a malammu, kelak kau jumpai aku dalam jeda mimpimu;
Mereka yang sanggup diam ketika amarah
menguasai dirinya, tahu jalan menuju emas yang terpendam;
Senyum semangat demi sebuah mimpi dan senyum
hangat untuk sebuah misi;
Percayalah, aku menginginkanmu seperti
sajak dalam lagu, memintamu menjadi liriknya;
Kalau kau tahu gelas itu berisi anggur,
kenapa tidak kau pecahkan saja gelasnya, biar kita tak harus mabuk. Bukankah
kau lebih suka begitu, menuang air hujan dalam
kemarau. Seperti menunggu embun, rupanya kau lupa kalau matahari tak kan
terbit di malam hari;
Di sepertiga ramadhan, kuatkan iman hingga
syawal menjelang. Semoga di penghujung ramadhan, kita semua kian manis mencecap
manisnya iman;
Seperti dedaunan meranggas di halaman, hati
akan tetap setia pada pemiliknya. Saat jiwa terpatri rindu nan bergelora dan menyimpan
beribu kisah di baliknya. Maka, setialah menanti waktu menjadi sejarah
terindah;
Rindu
adalah tali yang tak pernah putus bagai tiang yang tak pernah tumbang dan
lorong yang tak pernah tertutup menjadi musim yang tak pernah tentram;
Jangan
berikan hatimu kepada seseorang sebelum kamu yakin bahwa dia tahu bagaimana
cara tuk memperlakukannya dengan baik;
Manakala ombak yang kau biarkan memecah
membuat sampanku & sampanmu terpisah, lantas ke mana rindu memburu
tawarnya;
Sebab aku dan kamu
adalah jelmaan rindu, sementara rindu adalah bingkai rasa dalam waktu tak
berkesudahan. Kita merapal masing-masing kisah dalam benak yang terpatri.
Kemudian menghunuskan sebongkah ciuman pada bibir waktu kehidupan. Dalam tutur nadi pencarian-Nya, bukankah kita adalah jiwa
yang dipenuhi bunga bermekaran indah, yang tiap detak masa kita hanya mengulum
manja di peraduan.
Sebab aku dan kamu
adalah bongkahan waktu yang mengiba pada malam tak bercahaya, menyatu dalam
warna rasa sejuta keindahan. Bagai bisikan lirih hati pada wajah meronah merah,
senyum menggelayut indah di bibir manismu. Getir asmara dalam masa yang
berkilau, detik-detik meniti dalam pekatnya malam. Sejurus kemudian, hampa di
ruangan senyap tak bersenyawa, hanya meninggalkan jejaknya dan kita menyebutnya
"Kenangan".
Sebab aku dan kamu
bukanlah kata yang patah atau sajak tanpa diksi, melainkan hanya ukiran
lembutnya nafas cinta dalam mendendangkan kisah, dimana kitalah pelaku
utamanya. Sejatinya rasa dalam semerbak wanginya taman firdaus, hingga jejak
dimana akan berdiri kokoh, menambatkan hati pada semilirnya masa berderai
indah.
Sebab aku dan kamu
akan tercipta rindu, bayang tak kasat mata dan jiwa yang saling menautkan
wajahnya pada rerupa cinta yang membatin. Karena kita tahu hakekat cinta dan
pengembaraan masanya. Bukankah tiap waktu adalah taman bermain keindahan rasa
yang sedekitpun kita tak pernah berjumpa. Sementara kita pahami jiwa adalah
ruang-ruang batin bermekaran sempurna, meneteskan pilu nadi kehidupan, buyarkan
jejak suram, ciptakan dunianya sendiri.
Sebab aku dan kamu, seiring waktu yang
berjalan. Bingkai kesempurnaan rasa dalam mahligai cinta-Nya. Tiada terpisah
memisah kisah, hanya getiran waktu sebagai ujian Cinta. Tiada terpenggal jarak,
terhentakkan masa, kelamnya rajutan luka, melainkan sebagai penguat rasa cinta.
Tak terhunus peluh derita jiwa, kala raga bersua tambatan hatinya. Sebab aku
dan kamu adalah jejak yang diabadikan masa, sejarah dimana rindu dan kehangatan
jiwa saling bertautan mesra, mengeja nama kita di penghujung kisah abadi.
Seumpama
titian, kau ragu akan terjatuh jika melewatinya. Kalau-lah kau percaya,
sebagaimana yakinnya aku, suatu hari kita akan paham bahwa hatilah yang
mempertemukan dan itu tak sebanding dengan luka hari ini;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar