Sabtu, 06 Desember 2014

Bagai Buku dan engkau adalah sejuta Pengalaman

Sedari kecil, kita sudah mengenal yang namanya buku. Membukanya dan melihat gambar-gambar yang ada di dalamnya. Di sana kita hanya melihat tanpa mengetahui isi dan maksud yang tertera dalam tulisan yang rapi itu. Bahwa saat itu, kita hanya menganggap bahwa buku hanya sebuah permainan yang bisa dibuang-buang, seolah bak permainan anak kecil yang bisa dirobek begitu saja.

Beranjak dari masa kecil, seorang ibu mengantarkan kita pada jenjang sekolah dasar (SD) dengan tas kecil yang berisi buku tulis, pensil dan peralatan sekolah lainnya, tak lupa bekal yang setiap hari ibu sediakan. Saat itu, kita mulai menganggap bahwa buku adalah tempat untuk menulis dengan beragam tulisan bak cakar ayam, kata ibu guru.

Waktu berjalan dan perlahan pun kita mulai belajar untuk membaca. Mungkin saja, dari berbagai pilihan, saat itu kita akan memilih buku yang banyak gambar di dalamnya. Sebab, hal pertama saat melihat buku, tentunya seseorang akan selalu memulai dengan melihat judul dan sampul buku yang akan dibacanya.

Tahun pun berganti begitu cepat dan kita semakin paham bahwa buku adalah sebuah pengalaman yang harus diperbanyak. Buku semakin menarik untuk dilihat dan dikaji, agar kita bisa memperdalam hal-hal yang masih belum kita temukan dalam hal lainnya. Tentunya itu adalah hal yang benar dan sangat membantu bagi semua orang dalam mencari ilmu. Sebab, hanya dengan membaca, kita bisa bisa menjelajahi dan mengomentari dunia begitu luas ini.

Saat aku menulis kalimat-kalimat ini, usiaku sudah 22 tahun dan itu artinya bahwa aku telah menghabiskan 16 tahun dalam mengenal, membaca dan mempelajari yang namanya buku bacaan. Tentunya, sejuta pikiran, pengalaman dan hal-hal lainnya sudah aku temukan dalam berbagai macam buku yang telah kubaca. Dan kau tahu, telah kuhabiskan waktu yang begitu panjang hanya untuk mengenal, membaca, menganalisa dan memberikan masukan dalam hal mengomentari sebuah buku.

Hari ini, saat aku membaca sebuah buku yang berjudul "Beragam Ciptaan Tuhan", aku sejenak mengingat seorang wanita yang kata orang-orang modern saat ini adalah pacar. Dan semakin ingin menghabiskan bacaanku, aku semakin mengingatnya. Aku tak tahu, mengapa hari ini dia begitu mengikat dalam pikiranku.

Dikejauhan sana, di batas Kota Makassar dan Kabupaten Maros, terlihat mendung tebal yang membawa hujan begitu cepat. Dan kau tahu, hanya secepat penglihatanku dalam memandang, hujan itu pun membasahi tempat tinggalku, tepatnya Di Bumi Tanpa Pacar, kata teman-teman seperjuanganku dalam menuntut ilmu.

Kututup buku dan kuselami, bahwa saat aku mengingatmu selalu saja ada hujan yang menjadikan arti rindu semakin tertanam. Aku ingin membaca lagi, namun aku masih saja memikirkanmu. Hingga ku tutup mata rapat-rapat dan mulai mengartikan arti dari pikiranku. Hujan pun semakin deras, hingga menaiki teras depan rumah tempat tinggalku.

Dalam mata terpejam, kutemukan arti dari hujan yang membasahi dan arti dari ingatan tentangmu saat aku membaca buku hari ini. Bahwa kita pernah menatap hujan yang sama, dan saat aku basah kuyup, engkau pun terasa begitu kedinginan. Begitu sempurnya kita dimata hujan saat itu, dan mungkin saja, hujan hari ini ingin menyampaikan itu semua.

Dari ingatan tentangmu, aku mulai memikirkan bahwa dalam buku yang kubaca hari ini dengan judul Beragam Ciptaan Tuhan itu, engkau adalah sosok yang harus dipertahankan. Dan mungkin saja Tuhan memberikanku umur untuk hidup sampai saat ini, supaya aku bisa membaca dan menganalisa perihal-perihal tentangmu buat sekarang dan nantinya.


Dan saat melihat tumpukan-tumpukan buku yang berada di sampingku saat ini, dengan beragam judul dan warna, mulai dari yang sudah termakan tikus sampai pada apa yang telah kubaca hari ini, aku mulai berpikir bahwa dari sekian banyak buku yang telah kuhabiskan untuk kubaca, "Dirimu adalah sosok buku yang tak ingin habis untuk kubaca", apalagi hanya untuk sebuah kata bosan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar