Sedari
kecil, kita sudah mengenal yang namanya buku. Membukanya dan melihat
gambar-gambar yang ada di dalamnya. Di sana kita hanya melihat tanpa mengetahui
isi dan maksud yang tertera dalam tulisan yang rapi itu. Bahwa saat itu, kita
hanya menganggap bahwa buku hanya sebuah permainan yang bisa dibuang-buang,
seolah bak permainan anak kecil yang bisa dirobek begitu saja.
Beranjak
dari masa kecil, seorang ibu mengantarkan kita pada jenjang sekolah dasar (SD)
dengan tas kecil yang berisi buku tulis, pensil dan peralatan sekolah lainnya,
tak lupa bekal yang setiap hari ibu sediakan. Saat itu, kita mulai menganggap
bahwa buku adalah tempat untuk menulis dengan beragam tulisan bak cakar ayam,
kata ibu guru.
Waktu
berjalan dan perlahan pun kita mulai belajar untuk membaca. Mungkin saja, dari
berbagai pilihan, saat itu kita akan memilih buku yang banyak gambar di
dalamnya. Sebab, hal pertama saat melihat buku, tentunya seseorang akan selalu
memulai dengan melihat judul dan sampul buku yang akan dibacanya.
Tahun
pun berganti begitu cepat dan kita semakin paham bahwa buku adalah sebuah
pengalaman yang harus diperbanyak. Buku semakin menarik untuk dilihat dan
dikaji, agar kita bisa memperdalam hal-hal yang masih belum kita temukan dalam
hal lainnya. Tentunya itu adalah hal yang benar dan sangat membantu bagi semua
orang dalam mencari ilmu. Sebab, hanya dengan membaca, kita bisa bisa menjelajahi
dan mengomentari dunia begitu luas ini.
Saat
aku menulis kalimat-kalimat ini, usiaku sudah 22 tahun dan itu artinya bahwa
aku telah menghabiskan 16 tahun dalam mengenal, membaca dan mempelajari yang
namanya buku bacaan. Tentunya, sejuta pikiran, pengalaman dan hal-hal lainnya
sudah aku temukan dalam berbagai macam buku yang telah kubaca. Dan kau tahu,
telah kuhabiskan waktu yang begitu panjang hanya untuk mengenal, membaca,
menganalisa dan memberikan masukan dalam hal mengomentari sebuah buku.
Hari
ini, saat aku membaca sebuah buku yang berjudul "Beragam Ciptaan
Tuhan", aku sejenak mengingat seorang wanita yang kata orang-orang modern
saat ini adalah pacar. Dan semakin ingin menghabiskan bacaanku, aku semakin
mengingatnya. Aku tak tahu, mengapa hari ini dia begitu mengikat dalam
pikiranku.
Dikejauhan
sana, di batas Kota Makassar dan Kabupaten Maros, terlihat mendung tebal yang
membawa hujan begitu cepat. Dan kau tahu, hanya secepat penglihatanku dalam
memandang, hujan itu pun membasahi tempat tinggalku, tepatnya Di Bumi Tanpa
Pacar, kata teman-teman seperjuanganku dalam menuntut ilmu.
Kututup
buku dan kuselami, bahwa saat aku mengingatmu selalu saja ada hujan yang
menjadikan arti rindu semakin tertanam. Aku ingin membaca lagi, namun aku masih
saja memikirkanmu. Hingga ku tutup mata rapat-rapat dan mulai mengartikan arti
dari pikiranku. Hujan pun semakin deras, hingga menaiki teras depan rumah
tempat tinggalku.
Dalam
mata terpejam, kutemukan arti dari hujan yang membasahi dan arti dari
ingatan tentangmu saat aku membaca buku hari ini. Bahwa kita pernah menatap
hujan yang sama, dan saat aku basah kuyup, engkau pun terasa begitu kedinginan.
Begitu sempurnya kita dimata hujan saat itu, dan mungkin saja, hujan hari ini
ingin menyampaikan itu semua.
Dari
ingatan tentangmu, aku mulai memikirkan bahwa dalam buku yang kubaca hari ini
dengan judul Beragam Ciptaan Tuhan itu, engkau adalah sosok yang harus
dipertahankan. Dan mungkin saja Tuhan memberikanku umur untuk hidup sampai saat
ini, supaya aku bisa membaca dan menganalisa perihal-perihal tentangmu buat
sekarang dan nantinya.
Dan
saat melihat tumpukan-tumpukan buku yang berada di sampingku saat ini, dengan
beragam judul dan warna, mulai dari yang sudah termakan tikus sampai pada apa
yang telah kubaca hari ini, aku mulai berpikir bahwa dari sekian banyak buku
yang telah kuhabiskan untuk kubaca, "Dirimu adalah sosok buku yang tak
ingin habis untuk kubaca", apalagi hanya untuk sebuah kata bosan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar