Banyak
orang berkata bahwa hidup adalah sebuah pilihan, dan setiap orang berhak
memilih arah hidupnya masing-masing. Begitu pun ayahku, juga punya pilihan.
Aku
adalah anak laki-laki yang terlahir dari keluarga kecil dari sebuah pulau kecil
di ujung selatan Kabupaten Kepulauan Selayar. Aku adalah anak dari seorang ayah
yang bekerja sebagai nelayan kecil. Dan sejak kecil, aku sudah terbiasa ikut
ayah melaut dengan memakai sebuah sampan kecil dan tua.
Pekerjaan
sebagai nelayan mungkin menurut sebagian orang cukup melelahkan, dan akan
sangat melelahkan bagi mereka yang tak pernah tahu. Namun, bagi aku yang
berasal dari keluarga nelayan, yang sedari kecil terbiasa dengan semua itu,
tentu bukanlah pekerjaan yang melelahkan.
Aku
percaya bahwa itulah jalan Tuhan yang diberikan pada keluargaku, dan aku selalu
bersyukur atas semua itu. Aku yakin bahwa nelayan punya peranan penting dalam
kehidupan ini. Sebab tanpa nelayan, bagaimana kita semua, bisa menikmati
lezatnya ikan dan makanan-makanan laut lainnya.
Kadang,
saat
semua orang terlelap tidur dalam dekapan dinginnya malam, ayahku malah bangun
dan menyiapkan perlengkapan untuk melaut hanya karena ia melihat, kalau cuaca
sangat mendukung untuk menangkap ikan. Bahkan aku pun tak pernah terbangun dan
melihat ayah pergi melaut di tengah malam.
Dengan keriput yang sudah mulai tampak
dalam raut wajah yang selalu menjadi pahlawanku itu, terkadang membuatku ingin
menangis atas kehidupan pahit yang Tuhan berikan pada keluargaku. Melihat
kehidupan orang kaya yang serba berkecukupan dan tiap harinya hanya duduk di
atas kursi mewah bak tempat duduk sang raja, terkadang aku berpikiran sendiri
sembari berkata, begitu tak adilnya Tuhan yang katanya Maha Pemberi,
sampai-sampai keluargaku yang tercipta dengan kata miskin, harus bekerja lagi
dengan mengarungi ombak yang tiap saat bisa mengambil nyawa ayahku di lautan
sana.
Ayahku bahkan tak pernah mengeluh walau
sudah kelelahan, dan terkadang hanya sakit yang tak bisa lagi ditahannya
membuat dirinya sejenak beristirahat. Aku pernah bertanya padanya, mengapa ayah
harus tiap hari pergi melaut, padahal ikan yang di dapatkan kemarin saja belum
dihabiskan dan masih bisa dimakan sampai besok. Dia hanya menjawab, aku
melakukan semua itu demi kamu nak. Aku ingin engkau tak sama seperti kami, aku
dan ibumu yang dipaksa harus bekerja keras, bekerja kasar tiap harinya. Dan
harus mengarungi lautan dengan ombak yang bisa saja mengambil nyawaku,
ungkapnya.
Itulah kata-kata ayah yang selalu
membuatku mengingatnya dimana pun aku berdiri, duduk dan menulis cerita pendek
ini. Aku ingin menulis kepada ayah dan ibuku bahwa aku janji akan selalu
menjadikannya pahlawan dalam mengarungi hidup. Aku janji akan mengubah nasib
yang selama ini sudah menjadi bagian dari keluargaku, tanpa harus melupakan kata
nelayan.
Adalah kata nelayan yang membuatku
mampu menulis semua ini di tempat yang jauh dari keluargaku. Dan akan
kubuktikan pada ayahku yang tiap harinya mempertaruhkan hidup diombang-ambing
gelombang di tengah lautan, bahwa anak nelayan juga pantas untuk sukses dan
memberikan yang terbaik. Aku ingin mempersembahkan semua harapan ayah lalu
mengatakan kepadanya bahwa dia telah berhasil merawat aku sebagai anak dari
nelayan kecil.
Hingga pada akhirnya, saat aku sukses
nanti, aku ingin mengatakan kepada dunia bahwa aku adalah anak nelayan yang
terlahir dari seorang ayah yang begitu hebat. Sebab bagiku, ayah adalah
pahlawan laut yang tak akan pernah termakan waktu dan akan selalu menjadi
bagian dalam diriku dan pulau kecilku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar