Minggu, 23 November 2014

Kesucian Cinta Yang Ternoda

Seseorang itu menangis di malam hari, berlanjut tiada henti, terus seperti itu, seolah tangisan adalah sambutan untuk malam yang menyuruhnya tertidur.

Dia memang tidak mengerti dengan apa yang dirasa, ketika semuanya berubah menjadi kepahitan, dan manis seakan terlupa pada masa dikeindahan malam penuh nafas asmara.

Hei penikmat cinta, apa yang kau rasakan malam ini ? dengan air mata ia menjawab, aku tidak tahu. Hei penikmat cinta, apa yang membuat air matamu jatuh terurai ? dan dengan senyumnya ia menjawab, aku tidak tahu.

Lalu peri-peri kecil menari di atas kesucian cinta yang sempat ternoda, ia menari berjingkrak-jingkrak seolah menginjak permadani, alas di mana cinta suci sempat menduduki.

"Rasakan, rasakan, rasakanlah penyesalan". Sebuah lantunan itu terus begantian memadati telinga batin sang penikmat cinta yang menyesal.

Seharusnya tangis tak menjadi teman penyambut tidur, tapi kecerebohan menjadi tiang kokoh penyesalan atas kesucian cinta yang ternoda oleh nafsu bejat dari otak-otak jahat penuh hasrat.
 
Dan merekalah insan yang melarat, memutuskan hal yang terikat menjadi penyesalan yang selalu melekat pekat pada rasa indah sesaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar