Minggu, 23 November 2014

Dilema

Kau adalah angin kepada bara yang menyala, sejuk namun bencana. Adalah air pada selembar kertas, membasuh namun merobek. Perhiasan bagi bencana, indah namun tak bermakna. Dan kau tak pernah menyelamatkan jiwa-jiwa sesak. Hanya menerima segala pemberian, namun terbengkalai di setiap sudut ruang tempat kau terdiam.

Bagaimana aku dapat merasakan suatu kehadiran, jika keberadaan hanya memancarkan bentuk kesedihan. Caramu seperti dawai pada Gitar, dan petikan-petikan lembut kau beri pada biola tanpa teman.

Sepucuk kata tak habis terurai jatuh di musim gugur, ketika bunga melantunkan suatu kata hingga kurasa itu bukanlah fakta. Kau bahagia pada keramaian, dalam kesendirian tangis penuh pesona. Kau merasa sepi pada kesendirian mereka, dalam kerinduan mengecap manis dari bibir-bibir para puitis.

Tak sempatkah kau pikir semua dilema menjadi beban mereka kala mendekat di waktu yang sama. Mungkinkah kau adalah buta, menutup pandangan sesal mereka, para pemikat sejuk dari pesona nafsu asmara hina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar