Engkau perempuan yang berkerudung merah, di wajahmu-lah kuhabiskan mataku. Lalu pucuk-pucuk kenangan menghabiskan sunyi dalam sore yang tak kunjung pergi. Kita mungkin bisa alpa pada ingatan, sebab janji akan surga, bukan di tangan kita. Maka, tataplah aku pada sebuah episode bernama rindu, yang turun ke hati dan menggubah sajak menjadi kupu-kupu.
Dan seketika kulihat kau mengemasi takdirmu pada perjumpaan yang niscaya, "cukuplah cinta dalam sebutan nama", sebab kita bukan siapa-siapa di jalan ini, katamu. Kau, seperti kerudung itu, tak kan bisa menjadi kain yang indah di mataku. Sebab benangmu, bukan aku yang menenunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar