Selasa, 25 November 2014

Sea of Love

Diamlah !
Sebab cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kau lemparkan sembarangan seperti batu.

Seandainya hari masih panjang untuk dilalui, masih banyak hal yang ingin kulakukan. Entah, apakah kau akan ada di sana menemani perjalananku, atau akan tetap berdiam di sini menanti hari itu tiba.

Sepertinya kesendirian tidak seangker yang mereka bayangkan. Setidaknya kita masih bisa saling berkirim berita dan romantisme adalah gemintang di malam kelam dalam persahabatan.

Bagaimana jika hari itu tidak pernah tiba ? akankah kau marah ? Tentu, kita hanya bisa berandai-andai. Tiada kuasa menyimpan janji di hari nanti, yang bahkan kita tidak pernah yakin bahwa kita akan sampai di sana.

Jadi, mengapa kita tidak mulai untuk saling menyayangi hari ini, mulai detik ini. Dengan cara yang kita bisa, yang kita mampu. Jangan pernah kau anggap ini belenggu, atau rasa takut yang merongga akan kata 'penyesalan'. Bukankah cinta itu murni, putih dan bersih. Bukankah hari akan terasa lebih indah bagi para kekasih dan para pecinta.

Mari kita langkahkan hati menjadi seorang kekasih. Hidup bernaungkan cinta. Sementara hari demi hari berlalu, dan kita beranjak tua. Rasa ini akan lebih teramat menyiksa bila tiada terutarakan.

Kusemaikan cinta melalui doa-doa dan harapan untuk selalu melihatmu tersenyum di setiap musim, di dinginnya dekapan malam, di sunyinya angin senja, di muramnya gerimis akhir November. Matahari kan selalu datang kembali menyinari jiwamu.

Tak akan pernah kuminta apapun darimu. Mungkin inilah harga yang harus dibayar oleh setiap para kekasih. Membiarkan semua mengalir adanya. Mungkin akan kukemasi beberapa hal seperlunya. Menanggalkan semua apa yang pernah kita anggap sebagai kendaraan kebesaran, dan memulai kembali perjalanan menemukan makna kesejatian hidup. Menapaki jalan sunyi bak seorang musafir di semesta-Nya.

Kau tidak akan pernah menemukan keindahanku, selama masih tersilaukan dengan apa yang dianggap akan mengantarmu menuju kebahagiaan. Luangkanlah waktu untuk sekedar menatapku.

Dapatkah kau rasa sedikit hamparan dari sorot mata itu. Hanya seiris jendela temui hati yang tergerus luka dan derita. Mengapa kita begitu takut penderitaan ? padahal darinya kita akan menemukan diri kita yang sebenarnya.

Tentang airmata, tiada perlu lagi kau kata menganak sungai. Tentang rasa sakit, kecewa, cemburu, kesulitan dan prasangka, semua hanya masalah teknis, jawabannya selalu kembali padamu. Jadi di mana letak semua ini ? pada titik pusat otakmu, sebentuk buah pinus yang selama ini kau sebut hati.

Last but not least.
Entah bagaimana caranya, dalam perjalanan hidupmu, kau akan belajar menemukan dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan itu tiada seharusnya singgah di hati. Yang ada adalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang kita buat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar