Dulu senja pernah kehilangan jingganya, berpadu langit duka. Dulu senja pernah menaruh harap dengan penuh keyakinan, bahwa jingganya akan kembali, iya pasti kembali (gumamnya), senja tidak
peduli, gerimis, hujan, bahkan petir sekalipun, ia lalui demi jingganya berharap akan menyusuri kembali jejak kaki demi senja.
Namun tidak, jingga tak sekalipun menoleh, jingga membisu dan membisu meninggalkan belatih. Di ufuk sana, jingga lenyap, hanya ada langit pekat yang tak terjangkau mata. Senja tak peduli, ia setia menanti jingganya, hingga pada tepian malamlah ia menaruh harap akan ada bayangan jingga di ufuk barat, namun bayangan pun tak terlihat.
Kau tahu, perlahan kau menikam senja dengan jiwa halusmu menembus awan putih. Bersama senja kau terbang dengan getaran kecil sayap tipismu dan meninggalkan senja pada jurang, semua hitam berselimut kabut dan mungkin saja kau tersenyum pada saat itu jingga, ungkap senja.
Hingga tiba pada musim semi, kau rangkai aksara-aksara penyesalan dan maaf, mengundang pesona pemuja aksara, menabur wangi. Simpan aksara-aksaramu itu dan keluarlah ke alam nyata, temukanlah gerakan tangan dan langkah kaki yang dulu, agar tak tersesat dan tidak mengulangi kesalahsan yang sama pada senja
yang lain.
peduli, gerimis, hujan, bahkan petir sekalipun, ia lalui demi jingganya berharap akan menyusuri kembali jejak kaki demi senja.
Namun tidak, jingga tak sekalipun menoleh, jingga membisu dan membisu meninggalkan belatih. Di ufuk sana, jingga lenyap, hanya ada langit pekat yang tak terjangkau mata. Senja tak peduli, ia setia menanti jingganya, hingga pada tepian malamlah ia menaruh harap akan ada bayangan jingga di ufuk barat, namun bayangan pun tak terlihat.
Kau tahu, perlahan kau menikam senja dengan jiwa halusmu menembus awan putih. Bersama senja kau terbang dengan getaran kecil sayap tipismu dan meninggalkan senja pada jurang, semua hitam berselimut kabut dan mungkin saja kau tersenyum pada saat itu jingga, ungkap senja.
Hingga tiba pada musim semi, kau rangkai aksara-aksara penyesalan dan maaf, mengundang pesona pemuja aksara, menabur wangi. Simpan aksara-aksaramu itu dan keluarlah ke alam nyata, temukanlah gerakan tangan dan langkah kaki yang dulu, agar tak tersesat dan tidak mengulangi kesalahsan yang sama pada senja
yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar